Semoga Sukses Ujian UN untuk Kelas XII ; selamat Datang Calon Peserta Didik di SMA WALISONGO PECANGAAN, GREEN AND CLEAN dengan program Unggulan "DESAIN GRAFIS"

Lunching dan Lokalatih

Lokalatih Slideshow: SMA’s trip to Semarang was created with TripAdvisor TripWow!

SELAMAT DATANG CALON PESERTA DIDIK BARU TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Read more...

SELAMAT DATANG KURIKULUM BARU

KLIK SHOW
KURIKULUM 2013 KELOMPOK A 1.Pendidikan Agama 2.Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan 3.Bahasa Indonesia 4.Matematika 5.Sejarah Indonesia 6.Bahasa Inggris Kelompok B 1.Seni Budaya 2.Prakarya 3.Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan. Kelompok C Peminatan Matematika dan Sain 1.Matematika 2.Biologi 3.Fisika 4.Kimia Peminatan Sosial 1.Geografi 2.Sejarah 3.Sosiologi dan Antropologi 4.Ekonomi. Peminatan Bahasa 1.Bahasa dan Sastra Indonesia 2.Bahasa dan Sastra Inggris 3.Bahasa dan Sastra Arab 4.Bahasa dan Sastra Mandarin. Mata Pelajaran Pilihan 1.Literasi Media 2.Bahasa Asing 3.Teknologi Terapan 4.Pendalaman Minat atau Lintas Minat

Read more...

MAPEL APLIKATIF (LETERASI MEDIA) 2013

Tampilkan seluruhnya
Literasi media adalah kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mendekonstruksi pencitraan media. Kemampuan untuk melakukan hal ini ditujukan agar pemirsa sebagai konsumen media (termasuk anak-anak) menjadi sadar (melek) tentang cara media dikonstruksi (dibuat) dan diakses.[1] Literasi media muncul dan mulai sering dibicarakan karena media seringkali dianggap sumber kebenaran, dan pada sisi lain, tidak banyak yang tahu bahwa media memiliki kekuasaan secara intelektual di tengah publik dan menjadi medium untuk pihak yang berkepentingan untuk memonopoli makna yang akan dilempar ke publik. Karena pekerja media bebas untuk merekonstruksikan fakta keras dalam konteks untuk kepentingan publik (pro bono publico) dan merupakan bagian dalam kebebasan pers (freedom of the press) tanggung jawab atas suatu hasil rekonstruksi fakta adalah berada pada tangan jurnalis, yang seharusnya netral dan tidak dipengaruhi oleh emosi dan pendapatnya akan narasumber, dan bukan pada narasumber. Perkembangan Literasi Media di Indonesia salah satu definisi yang popular menyatakan bahwa literasi media adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan isi pesan media. Dari definisi itu dipahami bahwa fokus utamanya berkaitan dengan isi pesan media. Di Indonesia, kegiatan literasi media lebih didorong oleh kekhawatiran bahwa media dapat menimbulkan pengaruh negatif. Mereka yang prihatin dengan pola interaksi anak dengan media dan prihatin dengan isi media yang tidak aman dan tidak sehat biasanya berasal dari kalangan orangtua, guru, tokoh agama, LSM yang peduli dengan perlindungan anak, perguruan tinggi, kelompok mahasiswa, dan sebagainya. Mereka berusaha keras menemukan cara-cara yang bisa diterapkan dalam mengurangi jam anak menonton TV, memilih tayangan, melakukan pendampingan yang benar, dan melakukan sosialisasi melalui berbagai forum. Periode 1990 – 2000: Periode Mencari Bentuk Untuk menyederhanakan, perkembangan literasi media di Indonesia dapat dibagi dalam dua periode, yakni periode 1990-2000 dan periode 2000-2010. Tahun 1991, Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) menyelenggarakan sebuah workshop tingkat Asia-Pasific, tentang anak dan televisi di Cipanas. Dalam salah satu pasal deklarasinya, dinyatakan bahwa “Untuk maksud baik ataupun buruk, televisi ada di sekeliling jutaan anak. Mereka menonton apa saja yang ada di televisi, dan televisi akan terus menerus menimbulkan pengaruh dalam kehidupan anak di Asia baik fisik, mental, emosi, dan perkembangan spiritualnya.” Deklarasi itu juga mengakui peran penting yang seharusnya dimainkan oleh televisi dalam membantu tumbuh kembang anak yang baik, dan perlunya dikembangkan media literacy di kalangan anak-anak. Berbagai forum seminar lainnya, lebih menekankan pada dampak televisi pada anak dan bagaimana orangtua harus bersikap. Seminar-seminar ini banyak diselenggarakan oleh berbagai institusi, sekolah, perguruan tinggi, dan lain-lain. Forum seminar tersebut biasanya diselenggarakan selama satu sesi atau setengah hari dengan tema-tema populer yang dibutuhkan oleh orangtua dan guru. Pembahasan dalam forum tersebut dapat dikatakan merupakan sepenggal dari kegiatan literasi media yang utuh. Periode 2000 – 2010: Periode Pematangan Pada periode ini, masih banyak bentuk kegiatan literasi media seperti dalam periode sebelumnya. Namun ada variasi berupa kegiatan kampanye literasi media yang dilakukan oleh LSM maupun organisasi mahasiswa. Kegiatan tersebut dilakukan melalui seminar pendek dan road show dengan melibatkan anak-anak. Sayangnya, gerakan tersebut dilakukan secara insidental dan kurang memikirkan bagaimana agar materi yang dikampanyekan bisa berjalan terus. Selain itu, pada tahun 2002 untuk pertama kalinya dilakukan penerapan literasi media melalui jalur sekolah yang menjadi mata pelajaran tersendiri. Ujicoba ini dilaksanakan di SDN Percontohan Johar Baru 01 Pagi Jakarta Pusat oleh YKAI. Selanjutnya, Yayasan Pengembangan Media Anak sejak 2006 hingga 2010 secara serius melakukan ujicoba dan pengembangan literasi media dengan dukungan UNICEF. Dalam ujicoba tahun 2008, dilakukan evaluasi program melalui pre and post-test yang dilakukan oleh Tim Jurusan Ilmu Komunikasi FISIPOL Universitas Diponegoro. Perkembangan Yang Lambat Tidak adanya forum ilmiah yang membahas masalah literasi media, barangkali menjadi penyebab mengapa pemahaman terhadap konsep menjadi sangat beragam, dan hal itu kemudian tercermin dalam program/kegiatan yang dilaksanakan oleh berbagai lembaga. Hal lain yang cukup menarik adalah absennya perguruan tinggi dalam mengembangkan isu ini. Program studi Ilmu Komunikasi tentunya memiliki relevansi yang tinggi untuk masalah literasi media ini. Akibatnya, perkembangan literasi media di Indonesia terasa sangat lambat baik dalam pemahaman konsep, ragam kegiatan, maupun cakupannya. Sementara itu, akses anak-anak terhadap media menjadi semakin tinggi dan isi media tetap tidak aman dan tidak sehat. Sudah saatnya berbagai instansi pemerintah melakukan langkah nyata bagi perlindungan anak dari dampak media, mengoptimalkan media sebagai salah satu sumber belajar, dan berupaya mengurangi jumlah waktu yang digunakan untuk mengkonsumsi media dengan menggantinya dengan kegiatan lain yang lebih bermanfaat. (KIDIA #25)

Read more...

Selayang Pandang SMA Walisongo Pecangaan

A. Sejarah Singkat Tentang Yayasan Walisongo Pecangaan Jepara

Sejarah Berdirinya
Yayasan Walisongo Pecangaan berdiri tidak bisa lepas dari keberadaan pondok pesantren Mathla’un Nasyi’in yang didirikan oleh K Asmawi Mu’min (alm) yang berdiri sekitar tahun 1935-an dan Muallimin NU yang telah ada sejak tahun 1965, karena lembaga inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Yayasan Walisongo pada tahun 1980.
Untuk memperkuat secara yuridis formal keberadaan lembaga-lembaga yang dikelola oleh pengurus pada saat itu, maka pengurus sepakat untuk mengubah lembaga kepengurusan menjadi sebuah Yayasan yang kemudian diberinama Yayasan Walisongo yang berbadan hukum berdasarkan Akte Notaris J Moeljani SH Semarang Nomor 100, pada tanggal 15 Februari 1980.

Visi
Terwujudnya Yayasan Walisongo sebagai lembaga yang Islami dan Mendiri


B. Sejarah Singkat Tentang SMA Walisongo Pecangaan Jepara

Sejarah Berdirinya
Tujuan didirikan SMA WALISONGO Pecangaan Jepara adalah ikut serta membantu suksesnya program pemerintah di bidang pendidikan serta dalam rangka untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan Walisongo Pecangaan Jepara yaitu mencetak kader-kader bangsa yang berpestasi dan berketrampilan.
Sedang alasan didirikannya SMA WALISONGO Pecangaan Jepara sebagai berikut :
a. Di Wilayah Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara sesuai dengan data yang ada yaitu : terdapat murid kelas III SLTP Tahun Ajaran 1986/1987.
b. Sebanyak 932 siswa dan yang diperkirakan akan meneruskan ke SLTA sebanyak 80 % yaitu sekitar 748 siswa.
c. Daya tampung SLTA yang ada di Kecamatan Pecangaan Jepara + 480 siswa
d. Sisa siswa yang belum tertampung kurang lebih sebanyak 266 siswa.
Berpijak dari alasan-alasan itu, maka Yayasan Walisongo Pecangaan Jepara mencoba memberanikan diri untuk mendirikan Lembaga Pendidikan yang di beri nama SMA WALISONGO PECANGAAN. Selanjutnya untuk memenuhi tuntutan perkembangan zaman dan peraturan pemerintah, maka mengalami perubahan menjadi SMA WALISONGO PECANGAAN.
Dalam perkembangan selanjutnya pada Tahun Ajaran 1990/1991 SMA WALISONGO Pecangaan Jepara sedah memiliki status DIAKUI dengan Surat Keputusan dari Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Nomor : 349/C/Kep/I/1990, tanggal 27 desember 1990.
Sedangkan perkembangan SMA WALISONGO Pecangaan Jepara dalam Tahun Ajaran 1997/1998 dalam proses Status DISAMAKAN.
Mengenai perkembangan dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang pesat, baik sarana dan prasarana maupun hasil belajar siswanya. Hal tersebut antara lain :
a. Jumlah Kelas
Berawal dari kelas I, tahun berikutnya menjadi 4 kelas, yaitu kelas I dan kelas II, tahun berikutnya menjadi 6 kelas, sekarang menjadi 18 kelas dengan jumlah siswa 644 anak. Dan sekarang kelas X menjadi 6 kelas. Dari kelas/program XI IA menjadi 2 kelas, XI Bahasa 1 kelas dan XI IS menjadi 3 kelas serta kelas/program XII IA menjadi 2 kelas, XII Bahasa 1 kelas dan XII IS menjadi 3.
b. Personalia
1. Kepala Sekolah
a. Bapak Drs. Sholihin ( 1987 s.d. 1991)
b. Bapak Drs. Abdul Rohman ( 1991 s.d. 1995 )
c. Bapak Drs. Ahmad Darmawan ( 1995 s.d. 1998)
d. Bapak Drs. Samudi ( s.d. 2005)
e. Bapak Drs. Mahmud Yunus ( 2005 sd. 2008)
f. Bapak Drs. Rohmadi AF ( 2008 s.d 2010 )
f. Bapak H. Muwassaun Ni'am, S. Ag( 2010 sampai sekarang )

2. Guru-guru dan Staff Karyawan yang mempunyai kemampuan dalam bersoalisasi dengan masyarakat, dengan perincian sebagai berikut :
a. 44 guru mata pelajaran
b. 7 karyawan/karyawati
c. 2 sanitasi/pesuruh
d. 1 satpam dan
e. 1 penjaga malam.

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Romantico by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP